Permulaan
kata adalah hal yang tersulit
Ketika
gengsi seorang perempuan dipertaruhkan
Kebimbangan
antara hati dan sesuatu yang dia sebut harga diri
Bahkan
hanya sekedar “menyapa”
Riuh rendah, bising, penuh tawa, bahkan
ada yang nampak diam tak berkomunikasi dengan sekeliling namun tersenyum-senyum
sendiri melihat layar kecil yang sedang dia mainkan. Suasana kelas saat itu,
ditengah-tengah jam mata kuliah kosong, telah menjadi hal yang biasa entah
alasan apa lagi, waktu telah berlalu sekitar satu jam namun Dosen terlihat enggan menampakkan
diri.
Kegelisahanku semakin menjadi-jadi,
beberapa kali tubuhku terangkat dari bangku kelas lalu kulangkahkan kaki
sekedar menengok ke pintu untuk melihat labirin gedung, adakah orang yang
menuju kearah kelas atau tidak. Tapi berkali-kali kumelihat berkali-kali pula
napas kutarik berat menandakan tidak ada tanda-tanda kemunculannya. Orang-orang
sekitar terlihat acuh, sibuk dengan urusan sendiri-sendiri, tidak menyadari
kegelisahan yang sedang kualami. Berkali-kali pula layar handphone ku-cek,
nihil tak ada pesan yang masuk. Kegelisahan semakin menjadi-jadi, kemana dirinya
? masukkah dia hari ini ? tidak kah dia memberiku kabar ? tidak kah dia
bertanya kepadaku ?
Bukan, bukan dosen yang kunantikan saat
itu. Tapi…. Seseorang, yaa seseorang
*1 bulan sebelumnya
Bip bip biip biip (bunyi sms masuk dari
hp ku) saat jam mata kuliah akan segera dimulai “dosen masuk gak ?”
Selincah tanganku mengetik sms, sebelum
dosen membuka mata kuliah hari ini ”iya,
ini sudah ada di kelas. Cepat !!!”
Bip bip biip biip (sms balasannya masuk,
bersamaan dengan munculnya tubuh pemilik sms itu)
”Oke,
tunggu yah :)”
Hal itu terus dia lakukan, yaaa setiap
mata kuliah ingin dimulai. Entah diriku atau dirinya yang lebih dahulu
menanyakan kabar. Bahkan bukan hanya itu, tanpa embel-embel pertanyaan
keberadaan dosenpun, sms-sms darinya sering mengagetkan hp ku, atau diriku
lebih tepatnya.
Bip bip biip biip (sms darinya
mengagetkan) “di mana ?”
Secepat kilat ku membalas “di perpus, kenapa ?”
“enggak,
Cuma mau bilang aku di kantin yaah, lagi ngopi nih sama anak-anak”
“oh
iya oke deh :)”
“:)”
Yaaa, pesan-pesan singkat yang cukup
membuat diriku seyum-senyum sendiri ditengah kesibukan kampus.
Entah apa arti semua ini, bagi mu apa
artinya ? tak pernah ada penjelasan. Hanya sebatas pesan singkat lewat
handphone ini atau hanya sekedar cerita basa-basi singkat saat kita bertemu. Tapi,
itu keadaan 1 bulan lalu. Sekarang ?
Entah apa yang terkena olehmu, tiba-tiba
semuanya berbalik 180o. Tak ada sms menanyakan dosen lagi, tak ada sms
menanyakan keadaan lagi, tak ada cerita-cerita singkat walau hanya sekedar
basa-basi saat kita berpapasan. Entah apa yang telah kulakukan, semuanya
tiba-tiba berubah.
Kini, semenjak 1 bulan itu, diriku masih
gelisah menantimu. Kuliahkah dirimu saat ini ? tidak kah dirimu memberiku kabar
LAGI, walau hanya menanyakan keberadaan dosen bukan keberadaan KU LAGI ??
kemana dirimu ?.
Baik, untuk terakhir kalinya, kuputuskan
untuk berdiri sekali lagi dan menengok ke labirin kelas, tiba-tiba yaaa, dirimu
berada di sana. Dengan jalan yang santai tapi terlihat tanpa ekspresi, yaa itu
kebiasaanmu, terlihat cuek dan tidak perduli sama sekali. Tiba-tiba entah
mengapa diriku gugup tidak karuan, tidak jelas apa yang harus aku lakukan.
Dirimu masuk ke ruang kelas, tanpa
sedikitpun membalikkan badan melihatku yang sedari tadi sibuk menugggumu,
menunggu dirimu, menunggu kabarmu, menunggu pertanyaanmu, bahkan hanya menunggu
tampakan punggung belakangmu yang semakin menjauh. Tapi tenanglah itu tidak
masalah, setidaknya diriku telah melihatmu, atau lebih tepatnya masih
melihatmu, sosok yang selalu duduk di barisan tengah paling belakang bangku
kelas, seseorang yang selalu kunanti tanpa dia sadari.
Cintakah
ini ? atau hanya kebiasaan ?
Kehilangankah
ini ? atau hanya belum terbiasa ?
Entah
mengapa diriku selalu senang menantimu
Walau
mugkin hanya melihat punggungmu yang menjauh
Tidak ada komentar:
Posting Komentar