Aktivis kampus,
Orang-orang yang
pekerjaan utamanya bukan hanya datang ke kampus, mengisi absensi kelas,
menerima mata kuliah yang disajikan, selesai kuliah lantas pulang atau hangout
entah kemana bersama orang-orang yang mereka sebut sebagai teman.
Aktivis kampus,
Orang-orang yang
pekerjaan utamanya bahkan datang ke kampus, mengisi absensi kelas, menerima
mata kuliah, setelah itu pindah tempat ke kesekretariatan lembaga/oganisasi,
bertukar pandangan mengenai mahasiswa, negara, politik, sosial, budaya, bahkan
cinta. Begitu banyak rapat, begitu banyak diskusi. Orang-orang yang bahkan
menjadikan kampus sebagai rumah pertama dan menjadikan rumahnya sendiri sebagai
rumah kedua.
Aktivis kampus,
Orang-orang yang sangat
betah berada di kampus bahkan hingga ralut malam walaupun hanya sekedar
nongkrong bercengkrama ataupun karena ada kepentingan rapat sesama organisatoris
kampus yang mendesak.
Aktivis kampus,
Orang-orang yang
mungkin sangat jarang memikirkan sesuatu yang disebut “cinta”
Sedikit kutipan
mengenai aktivis kampus, perkataan orang-orang luar yang memandang mereka juga
dari luar. Mahasiswa yang tidak hanya disibukkan dengan urusan perkuliahan yang
bahkan mengambil waktu tidak lebih dari seperempat dalam sehari. Banyak yang bertanya,
masihkah seorang yang sesibuk itu
memikirkan soal “cinta ?”.
Seperti kita…
“cinta itu pahatan yang abadi”[1].
Sebuah ungkapan yang begitu jelas mungkin untuk tidak meragukan sebuah cinta. Seseorang
yang memiliki begitu banyak kegiatan, yang bahkan sedikit banyaknya harus
mengorbankan seluruh urusan pribadi demi urusan orang-orang yang entah perduli
dengan kita atau tidak.
Kita telah memilih
jalan kita, kita telah memilih terjun kedalam kesibukan seorang organisatoris
kampus yang menjadikan organisasi sebagai rumah pertama, dan menjadikan urusan
cinta sebagai bagian yang berada di nomor kesekian. Banyak orang-orang yang
bahkan bertanya-tanya masihkah kita dapat
membagi waktu kita untuk sekedar bedua ?, membicarakan masalah hati tanpa mengikut
sertakan embel-embel organisasi yang kita berdua miliki ? banyak yang bertanya
seperti itu. Itulah keistimewaan yang kita miliki, keistimewaan hubungan kita,
keistimewaan kisah kita.
Kita berada dalam satu
universitas yang sama, satu fakultas yang sama, sama-sama terlibat dalam
organisasi kampus, tapi kita memiliki latar belakang organisasi yang berbeda. ketika
hubungan profesional dan pengertian yang tinggi harus kita utamakan dari pada
sikap egois untuk menghabiskan waktu berdua walaupun hanya sekedar bercengkrama.
Yaa, kita berada dalam lingkaran itu. Tapi dibalik kesibukan dan rasa
pengertian yang luar biasa yang harus kita utamakan, entah mengapa hubungan
yang mungkin bagi orang-orang sangat berat untuk dijalani. Namun, bagi kita
itulah tantangan yang luar biasa indah.
Ketika hari libur
disaat orang-orang normal lainnya saling menghabiskan waktu berdua, lebih
mengenal lagi, tapi kita mungkin harus merelakan waktu untuk urusan organisasi
yang begitu menyita. Disaat orang-orang normal lainnya dapat menghabiskan waktu
berbicara berjam-jam lamanya, kita mungkin haruslah bersabar sedikit karena
rasa lelah yang begitu membunuh sehabis kegiatan organisasi. Disaat kita memiliki
waktu berdua, bukanlah hal-hal lelucon atau bersifat pibadi yang kita
bicarakan, bahakan hal-hal yang melibatkan masyarakat, negara, atau mahasiswa
yang menjadi topik pembicaraan kita. Mungkin bagi orang-orang lain hal itu
mendekati ketidak normalan.
Tapi itulah yang menjadi
keistimewaan kita, bahkan entah mengapa hal ini bukanlah menjadi halangan bagi
kita. Ketika waktu berdua harus kita korbankan
karena berbagai kegiatan organisasi yang tidak ada habisnya, disaat itulah rindu
harus kita nikmati. Disaat pertemuan kita hanya terjadi saat berpapasan di
kampus, disaat itulah kita belajar menghargai indahnya kebersamaan. Disaat cerita-cerita
indah harus tergantikan dengan keluhan lelah karena aktivitas yang begitu
padat, disaat itulah kita menghargai indahnya perhatian sekecil apapun.
Kita sama-sama sibuk,
kita sama-sama organisatoris, kita sama-sama berbicara tentang masyarakat, tapi
ada cinta yang terselip dibalik itu semua.
Karena cinta tidak meminta waktu dan ruang yang banyak dalam pikiran kita. Cinta
telah memiliki waktu dan ruang tersendiri tanpa kita sediakan.
i have feel that in new 2013
BalasHapus