Rabu, 01 Januari 2014

TAN MALAKA Catatan Sejarah yang Dihapuskan

Dalam buku "151 KONSPIASI DUNIA" (Afred Suci:2012). Salah satu kisah menceritakan tentang Pewarisan Kepresidenan Republik Indonesia yang sengaja dihapuskan dalam catatan sejarah Indonesia. 
TAN MALAKA, mungin nama tersebut sangat jarang kita dapati dalam catatan sejarah berdirinya Indonesia. Bersumber dari seorang penutur yang terpercaya, Dr.R.Soeharto seorang dokter pribadi Bung Karno, dikisahkan sebuah sejarah yang tak terungkup selama puluhan Tahun Kekuasaan Orde Baru.

Awal September 1945, persis pada malam takbiran, di rumah Dr.Soeharto Jl. Kramat Raya 128, Jakarta Pusat cerita itu bermula. Dilakukan sebuah rapat gelap antara Bung Karno dengan seorang misterius bernama Abdul Rajak, yang belakangan ini diketahui merupakan nama samaran Tan Malaka. Dalam rapat tersebut, Tan Malaka mengusulkan dirinya menjadi pengganti Dwitunggal pucuk kepemimpinan Indonesia apabila dalan suatu kondisi Bung Karno dan Hatta ditangkap atau dibunuh oleh penjajah. selanjutnya, rapat kedua dilakukan di rumah Mr.Soebarjo pada Oktober 1945. Rapat tersebut masih mengusung agenda yang sama mengenai pewarisan takhta RI. Namun, ada penambahan nama yang diusulkan. Hatta (yang memang memiliki hubungan yang tidak begitu baik dengan Tan Malaka) mengusulkan nama Sjahrir dan Wongsonegoro, Mr.Soebarjo mengusulkan nama Iwa Sumantri. Jadi, terpilihlah beberapa calon dan berdasarkan kesepakatan tersebut, sebenarnya Tan Malaka-lah yang menjadi Presiden RI kedua jika terjadi apa-apa kepada Dwitunggal.

" Jika saya tiada berdaya lagi, saya akan menyerahkan pimpinan revolusi  kepada seseorang yang telah mahir dalam gerakan revolusioner, Tan Malaka..." Ujar Soekatno saat itu.

Pada waktu Dwitunggal ditangkap (Soekano-Hatta), Tan Malaka mendeklarasikan dirinya sebagai pemimpin revolusi yang akan menjalankan testamen (suatu pernyataan dari orang yang masih hidup yang harus dilaksanakan pada waktu ia mati atau menghilang). Banyak sejarahwan menganggap Tan Malaka telah sesuai dan telah sah. Jika hal ini benar maka Presiden RI kedua adalah Tan Malaka bukan Letnan Jendral Soeharto yang kita ketahui saat ini. Akan tetapi, kesimpangsiuran informasi di medan pertempuran pada akhirnya membuat Tan Malaka dipandang sebagai pemberontak yang ingin mengambil kekuasaan secara paksa dengan memanfaatkan momentum ditangkapnya Dwitunggal. Gerakannya dianggap membahayakan revolusi. Perpecahanpun terjadi ditubuh TKR (Tentara Keamanan Rakyat) pimpinan Jendral Sudirman kala itu. Meskipun terjadi perdebatan sejarah mengenai dari siap komando untuk menghabisi Tan Malaka, akhirnya tentara RI menembak mati Tan Malaka di Kediri. 

Siapa TAN MALAKA ?

Akibat Rezim Orde Baru yang menyembunyikan rahasia sejarah mengenai Tan Malaka, saat ini masyarakat Indonesia tidak mengenal siapa sosok Tan Malaka. Namun, seorang asing berkebangsaan Belanda Dr. Harry A. Poeze mengungkapkannya ke publik. Barulah pada akhir - akhir ini kita mengetahui bahwa sesungguhnya seorang pewaris kepemimpinan Nasional pada masa revolusi dulu.
Tan Malaka lebih dahulu memperjuangkan revolusi dibandingkan dengan Soekarno-Hatta. Ia pula yang pertama kali memperkenalkan kata Naar de Repoeblik Indonesia (Menuju Republik Indonesia) pada 1925, jauh sebelum Hatta yang menulis Indonesia Vrije (Indonesia Merdeka) tahun 1928, dan Soekarno yang menulis Menuju Indonesia Merdeka tahun 1933. Bersama Jenderal Sudirman ia menolak Perundingan, ini pula yang menyebabkan mengapa ia berseberangan dengan Hatta-Sjahrir yang memilih jalan lunak kepada Belanda sehingga RI harus menanggung utang-utang negeri Belanda sebagai balasan pengakuan mereka terhadap kemerdekaan RI di Konferensi Meja Bundar (KMB). kemudian, Presiden Soekarno yang mengangkatnya sebagai pahlawan Nasional pada tahun 1963.

kehidupan saat ini adalah akibat dari perjalanan sejarah
jangan sampai kita melupakan sejarah...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar