Jumat, 27 Desember 2013

Menanti



Permulaan kata adalah hal yang tersulit
Ketika gengsi seorang perempuan dipertaruhkan
Kebimbangan antara hati dan sesuatu yang dia sebut harga diri
Bahkan hanya sekedar “menyapa”

Riuh rendah, bising, penuh tawa, bahkan ada yang nampak diam tak berkomunikasi dengan sekeliling namun tersenyum-senyum sendiri melihat layar kecil yang sedang dia mainkan. Suasana kelas saat itu, ditengah-tengah jam mata kuliah kosong, telah menjadi hal yang biasa entah alasan apa lagi, waktu  telah  berlalu sekitar satu  jam namun Dosen terlihat enggan menampakkan diri.
Kegelisahanku semakin menjadi-jadi, beberapa kali tubuhku terangkat dari bangku kelas lalu kulangkahkan kaki sekedar menengok ke pintu untuk melihat labirin gedung, adakah orang yang menuju kearah kelas atau tidak. Tapi berkali-kali kumelihat berkali-kali pula napas kutarik berat menandakan tidak ada tanda-tanda kemunculannya. Orang-orang sekitar terlihat acuh, sibuk dengan urusan sendiri-sendiri, tidak menyadari kegelisahan yang sedang kualami. Berkali-kali pula layar handphone ku-cek, nihil tak ada pesan yang masuk. Kegelisahan semakin menjadi-jadi, kemana dirinya ? masukkah dia hari ini ? tidak kah dia memberiku kabar ? tidak kah dia bertanya kepadaku ?
Bukan, bukan dosen yang kunantikan saat itu. Tapi…. Seseorang, yaa seseorang

*1 bulan sebelumnya

Bip bip biip biip (bunyi sms masuk dari hp ku) saat jam mata kuliah akan segera dimulai “dosen masuk gak ?
Selincah tanganku mengetik sms, sebelum dosen membuka mata kuliah hari ini ”iya, ini sudah ada di kelas. Cepat !!!
Bip bip biip biip (sms balasannya masuk, bersamaan dengan munculnya tubuh pemilik sms itu)
Oke, tunggu yah :)

Hal itu terus dia lakukan, yaaa setiap mata kuliah ingin dimulai. Entah diriku atau dirinya yang lebih dahulu menanyakan kabar. Bahkan bukan hanya itu, tanpa embel-embel pertanyaan keberadaan dosenpun, sms-sms darinya sering mengagetkan hp ku, atau diriku lebih tepatnya.

Bip bip biip biip (sms darinya mengagetkan) “di mana ?
Secepat kilat ku membalas “di perpus, kenapa ?
enggak, Cuma mau bilang aku di kantin yaah, lagi ngopi nih sama anak-anak
oh iya oke deh :)
:)
Yaaa, pesan-pesan singkat yang cukup membuat diriku seyum-senyum sendiri ditengah kesibukan kampus.
Entah apa arti semua ini, bagi mu apa artinya ? tak pernah ada penjelasan. Hanya sebatas pesan singkat lewat handphone ini atau hanya sekedar cerita basa-basi singkat saat kita bertemu. Tapi, itu keadaan 1 bulan lalu. Sekarang ?

Entah apa yang terkena olehmu, tiba-tiba semuanya berbalik 180o. Tak ada sms menanyakan dosen lagi, tak ada sms menanyakan keadaan lagi, tak ada cerita-cerita singkat walau hanya sekedar basa-basi saat kita berpapasan. Entah apa yang telah kulakukan, semuanya tiba-tiba berubah.

Kini, semenjak 1 bulan itu, diriku masih gelisah menantimu. Kuliahkah dirimu saat ini ? tidak kah dirimu memberiku kabar LAGI, walau hanya menanyakan keberadaan dosen bukan keberadaan KU LAGI ?? kemana dirimu ?.
Baik, untuk terakhir kalinya, kuputuskan untuk berdiri sekali lagi dan menengok ke labirin kelas, tiba-tiba yaaa, dirimu berada di sana. Dengan jalan yang santai tapi terlihat tanpa ekspresi, yaa itu kebiasaanmu, terlihat cuek dan tidak perduli sama sekali. Tiba-tiba entah mengapa diriku gugup tidak karuan, tidak jelas apa yang harus aku lakukan.
Dirimu masuk ke ruang kelas, tanpa sedikitpun membalikkan badan melihatku yang sedari tadi sibuk menugggumu, menunggu dirimu, menunggu kabarmu, menunggu pertanyaanmu, bahkan hanya menunggu tampakan punggung belakangmu yang semakin menjauh. Tapi tenanglah itu tidak masalah, setidaknya diriku telah melihatmu, atau lebih tepatnya masih melihatmu, sosok yang selalu duduk di barisan tengah paling belakang bangku kelas, seseorang yang selalu kunanti tanpa dia sadari.


Cintakah ini ? atau hanya kebiasaan ?
Kehilangankah ini ? atau hanya belum terbiasa ?
Entah mengapa diriku selalu senang menantimu
Walau mugkin hanya melihat punggungmu yang menjauh

Minggu, 22 Desember 2013

AKU KAMU & PEMILIK CINTA



Saat syarat menuju dirinya meupakan kesempurnaan
Saat kesempurnaan menjadi jalan utama lagi mulia
Kesempurnaan bagi siapa saja makhluk berAkal
Rasio kesempurnaan seorang makhluk yang dikatakan Manusia

Ketika alam seluruh makhluk tertunduk memuji kebesaran-Nya, seluruh alam raya memuji atas nama-Nya. Ketika senja telah kembali keperaduan, berotasi mengelilingi bumi. Bergantian dengan rembulan yang kembali bertugas mengawasi. Menerangi bumi bagian lain, memberikan cahaya kehidupan bagi sang makhluk.
Disaat kumandang adzan menggema memukau, memanggil makhluk untuk tetap mengingat Sang Maestro Jagad. Tetap bertasbih menyembah diri-Nya, Maha Besar Allah atas segala kekuasaannya. Seiring warna senja langit yang semakin memukau, sering peraduan cinta  dua anak manusia menghadap Ilahi.
Dalam satu waktu, dalam satu jamaah yang sama. Berdiri menghadap Sang Pemilik. Meminta restu untuk menyempurna, melaksanakan salah satu Rukun Agama, merendah dan menghambakan diri. Ya, cinta memang Indah, tapi akan lebih indah lagi ketika cinta mendapat restu dari Sang pemilik Cinta.

Saling mencinta, saling bermunajat, saling beikhtiar atas nama cinta. Saat takbir telah dikumandangkan disaat itu pula ikhtiar kita dipertanggungjawabkan masing-masing, meskipun tujuan kita sama, cinta yang kita miliki sama tapi tetap manusia memiliki jalan kesempurnaan masing-masing. Perbedaan yang tidak terlalu mencolok, tidak terlalu nyata, semoga bukan penghalang menuju kesempurnaan. Tujuan kita sama tapi ketika itu tanganmu bersedekap menghadap-Nya, sedangkan tanganku lurus menghadap-Nya. Berbedakah itu ? berbedakah MahaSempurna yang kita maksud ? ENTAHLAH
Tapi, bisakah kita saling menyempurna. Bisakah kita berjalan beriringan disaat satu gerakan menghadapnya tak kita lakukan bersamaan, masih bisakah kita beriringan. Ketika sang pencinta telah merasakan cinta, maka apipun akan dilewati. Tapi ketika api itu tak sanggup kita lewati, maukah kita terbakar bersamanya. Masalahkah ini, kuharap tidak, selama kita masih mengakui Pencipta dan Pemilik segalanya yang sama, disaat kita masih berada di payung kepercayaan yang sama. semoga kita dapat berproses bersama, sama-sama menuju jalan terang menjadi Sempurna agar dapat bertemu sang Penyempurna yang MahaSempurna.

Dirimu bersedekap Diriku tidak, mari kita sama-sama mengkaji, karena hidup bukan hanya sekedar cinta kita berdua, tapi cinta Aku, Kamu dan Sang Maha Pemilik Cinta.

Jumat, 13 Desember 2013

Film - TANAH SURGA KATANYA


Pernah menonton Film “TANAH SURGA KATANYA”. Saya harap kalian pernah menonton, atau sekedar mendengar puisi salman. semoga kalian bukanlah termasuk orang yang sangat terlambat seperti saya yang baru menonton film yang keren ini.

Tanah Surga Katanya Film ini dirilis tanggal 15 agustus 2012 Film ini disutradarai oleh Herwin Novianto. Di Indonesia khususnya telah banyak film yang menceritakan kebangsaan dan rasa cinta terhadap bangsa Indonesia, tapi satu hal yang membuat saya merinding dan sempat berpikir lama setelah menonton film ini, dalam adegan film ini terdapat sepenggal puisi yang dibacakan seorang murid kelas 4 SD yang membuat saya terperangah seketika. Puisi sederhana yang membuat saya menerka-nerka APA DOSA BANGSA INI ??

Bukan lautan hanya kolam susu .. katanya.
Tapi kata kakekku, hanya orang-orang kaya yang bisa minum susu.

Kail dan jala cukup menghidupimu, tiada badai tiada topan kau temui .. katanya.
Tapi kata kakekku, ikannya diambil nelayan-nelayan asing.

Ikan dan udang datang menghampirimu .. katanya.
Tapi kata kakekku, ssstt.. ada udang di balik batu.

Orang bilang tanah kita tanah surga .. katanya.
Tapi kata dokter intel, yang punya surga cuma pejabat-pejabat.

Tongkat kayu dan batu jadi tanaman .. katanya.
Tapi kata dokter intel, kayu-kayu kita dijual ke negara tetangga.

Orang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman .. katanya.
Tapi kata kakekku, belum semua rakyatnya sejahtera, banyak pejabat yg menjual kayu dan batu untuk membangun surganya sendiri.

Salman – Tanah Surga Katanya

Ejaan kata yang sangat sederhana, bahkan sebagian besar kalimatnya diambil dari penggalan lagu. Tapi coba kita pehatikan lebih mendalam, kritikan pedas yang disampaikan seorang anak kelas 4 SD yang tinggal di perbatasan Indonesia-Malaysia, pertanyaan salman sederhana, dia hanya mempertanyakan “ke-surga-an” yang dimiliki Indonesia yang selama ini kita banggakan dari negara lain. 

Indonesia adalah surga Dunia, mungkin hal itu kita telah rasakan. Bagi kita yang tinggal di Kota besar, tapi bagi salman ? penduduk perbatasan Indonesia, yang kaki kanan berada di Indonesia dan kaki kiri berada di Negara lain, dialah seharusnya orang pertama yang merasakan SURGA-NYA Indonesia, bukan kita yang tinggal jauh dari perbatasan. 
Tak perlu sepetinya saya menuliskan keistimewaan film ini, bagi yang belum menonton silahkan menonton, bagi yang sudah mari kita sama-sama merenung dan bertindak.

Indonesia Surga Dunia, bukan Surga Bagi yang Berkuasa.

Minggu, 08 Desember 2013

aktivis kampus berbicara Cinta



Aktivis kampus,

Orang-orang yang pekerjaan utamanya bukan hanya datang ke kampus, mengisi absensi kelas, menerima mata kuliah yang disajikan, selesai kuliah lantas pulang atau hangout entah kemana bersama orang-orang yang mereka sebut sebagai teman. 

Aktivis kampus,

Orang-orang yang pekerjaan utamanya bahkan datang ke kampus, mengisi absensi kelas, menerima mata kuliah, setelah itu pindah tempat ke kesekretariatan lembaga/oganisasi, bertukar pandangan mengenai mahasiswa, negara, politik, sosial, budaya, bahkan cinta. Begitu banyak rapat, begitu banyak diskusi. Orang-orang yang bahkan menjadikan kampus sebagai rumah pertama dan menjadikan rumahnya sendiri sebagai rumah kedua.

Aktivis kampus,

Orang-orang yang sangat betah berada di kampus bahkan hingga ralut malam walaupun hanya sekedar nongkrong bercengkrama ataupun karena ada kepentingan rapat sesama organisatoris kampus yang mendesak.

Aktivis kampus,

Orang-orang yang mungkin sangat jarang memikirkan sesuatu yang disebut “cinta”
Sedikit kutipan mengenai aktivis kampus, perkataan orang-orang luar yang memandang mereka juga dari luar. Mahasiswa yang tidak hanya disibukkan dengan urusan perkuliahan yang bahkan mengambil waktu tidak lebih dari seperempat dalam sehari. Banyak yang bertanya, masihkah seorang yang sesibuk itu memikirkan soal “cinta ?”.

Seperti kita…

cinta itu pahatan yang abadi[1]. Sebuah ungkapan yang begitu jelas mungkin untuk tidak meragukan sebuah cinta. Seseorang yang memiliki begitu banyak kegiatan, yang bahkan sedikit banyaknya harus mengorbankan seluruh urusan pribadi demi urusan orang-orang yang entah perduli dengan kita atau tidak.
Kita telah memilih jalan kita, kita telah memilih terjun kedalam kesibukan seorang organisatoris kampus yang menjadikan organisasi sebagai rumah pertama, dan menjadikan urusan cinta sebagai bagian yang berada di nomor kesekian. Banyak orang-orang yang bahkan bertanya-tanya masihkah kita dapat membagi waktu kita untuk sekedar bedua ?, membicarakan masalah hati tanpa mengikut sertakan embel-embel organisasi yang kita berdua miliki ? banyak yang bertanya seperti itu. Itulah keistimewaan yang kita miliki, keistimewaan hubungan kita, keistimewaan kisah kita.
Kita berada dalam satu universitas yang sama, satu fakultas yang sama, sama-sama terlibat dalam organisasi kampus, tapi kita memiliki latar belakang organisasi yang berbeda. ketika hubungan profesional dan pengertian yang tinggi harus kita utamakan dari pada sikap egois untuk menghabiskan waktu berdua walaupun hanya sekedar bercengkrama. Yaa, kita berada dalam lingkaran itu. Tapi dibalik kesibukan dan rasa pengertian yang luar biasa yang harus kita utamakan, entah mengapa hubungan yang mungkin bagi orang-orang sangat berat untuk dijalani. Namun, bagi kita itulah tantangan yang luar biasa indah. 

Ketika hari libur disaat orang-orang normal lainnya saling menghabiskan waktu berdua, lebih mengenal lagi, tapi kita mungkin harus merelakan waktu untuk urusan organisasi yang begitu menyita. Disaat orang-orang normal lainnya dapat menghabiskan waktu berbicara berjam-jam lamanya, kita mungkin haruslah bersabar sedikit karena rasa lelah yang begitu membunuh sehabis kegiatan organisasi. Disaat kita memiliki waktu berdua, bukanlah hal-hal lelucon atau bersifat pibadi yang kita bicarakan, bahakan hal-hal yang melibatkan masyarakat, negara, atau mahasiswa yang menjadi topik pembicaraan kita. Mungkin bagi orang-orang lain hal itu mendekati ketidak normalan.
Tapi itulah yang menjadi keistimewaan kita, bahkan entah mengapa hal ini bukanlah menjadi halangan bagi kita. Ketika waktu berdua harus kita korbankan karena berbagai kegiatan organisasi yang tidak ada habisnya, disaat itulah rindu harus kita nikmati. Disaat pertemuan kita hanya terjadi saat berpapasan di kampus, disaat itulah kita belajar menghargai indahnya kebersamaan. Disaat cerita-cerita indah harus tergantikan dengan keluhan lelah karena aktivitas yang begitu padat, disaat itulah kita menghargai indahnya perhatian sekecil apapun.

Kita sama-sama sibuk, kita sama-sama organisatoris, kita sama-sama berbicara tentang masyarakat, tapi ada cinta yang terselip dibalik itu semua. Karena cinta tidak meminta waktu dan ruang yang banyak dalam pikiran kita. Cinta telah memiliki waktu dan ruang tersendiri tanpa kita sediakan.



[1] Dikutip dari sebuah novel berjudul RELIF