Sabtu, 08 November 2014

Mahasiswa di pagi hari. Tanpa sarapan dengan setumpuk harapan.

Entah sudah berapa banyak kisah tentang dirimu ku tuliskan
aku tidak pernah perduli jikalau orang lain merasa muak dengan sosokmu yang terus saja kukisahkan dalam blog ku ini
diriku juga tidak akan meminta maaf kepadamu karena terus mengisahkan sosokmu tanpa sekalipun meminta izin denganmu
entah mengapa, tulangku terasa remuk, diriku seakan kaku ketika berhenti berkisah tentangmu
bagiku, engkau seperti jendela dunia. Memberiku begitu banyak inspirasi.

Pagi hari, di sudut kampus merah...

Disaat suhu udara di termometer gantungan kunci ranselku menunjukkan angka 30 derajat, dengan napas sesengukan mengejar kuliah pagi. Langkah yang semakin ku perlebar, diiringi oleh gemerincing gantungan kunci ranselku yang saling bertabrakan. Sambil komat kamit mulutku menghapalkan materi semalaman suntuk, ditambah dengan hatiku yang sibuk saja mengumpat diriku sendiri yang telat bangun diakibatkan meghapal materi yang belum jelas akan ada pada soal mid semester atau tidak. Terus saja diriku berkhayal, mengharapkan sekumpulan jawaban tiba-tiba terjatuh dari langit, ataukah lembar jawabanku tiba-tiba saja terisi penuh dengan jawaban sempurna. Sungguh, khayalan yang sangat tidak berkualitas bagi mahasiswa di pagi hari yang sedang terburu-buru ingin menghadapi mid semester. 

Tergopoh-gopoh ku susuri langkahku berlari melewati parkiran kampus, dengan ukuran ransel yang hampir melebihi besar badanku sedikit menyulitkan tubuh kurusku ini untuk segera berlari, ditambah lagi tidak ada secuil rotipun atau sejenisnya yang masuk walau sekedar menambah energiku pagi ini. Mahasiswa seperti biasanya, tanpa sarapan dengan setumpuk harapan...

Semakin dekat dengan labirin kelas, semakin kupaksakan tubuh kurusku berlari membawa ransel. Ingin rasanya diriku tiba-tiba dapat terbang dan sesegera mungkin mendarat pada barisan bangku kelas dengan posisi paling strategis untuk melaksanakan mid semester. "rata-rata mahasiswa mengatakan posisi bangku pada saat ujian mempengaruhi hasil ujian nantinya". Pluk...Pluk..Pluk... tinnggal beberapa langkah lagi diriku sampai di ruang kelas., Tapi, entah mengapa Tuhan memang sangat mencintaiku. Sosok itu tiba-tiba saja muncul dengan santainya di hadapanku.

Tubuh tinggi itu, dengan kulit sawo matang, aroma parfum yang sangat ku kenali, dipadukan dengan snakers andalan yang sering dia kenakan, kemeja santai khas mahasiswa + jas almamater merah yang membuatnya semakin tampak mempesona. Aktifis kampus yang selalu ku kagumi. Pemilik pemikiran-pemikiran  kritis, yang sangat membenci nepotisme-nepotisme sampah kampus, yang selalu mengkritik tajam sikap-sikap Hedonis Pragmatis Akut orang-orang yang mengaku sebagai mahasiswa. Sosok ini, yang selalu membuatku terperangah setiap dirinya berbicara pada forum-forum kemahasiswaan. Dengan ekspresi datar tanpa senyuman, namun bermakna ketegasan dan penuh kewibawaan.

Sosok almamater merah itu cukup membuat langkahku terhenti bahkan membatu sejenak. Seperti penyemangat pagi, tak masalah tak sarapan, namun Tuhan memberiku energi lebih dengan melihat dirinya. Dapat kupastikan, mid semester nanti akan lancar setelah melihat aktifis andalan. Sosok yang telah dua tahun lebih membuatku terkagum-kagum. Namu, bukan karena dirinya memiliki ketenaran dan posisi sangat penting di organisasi kampus. Diriku mengagumi pemikirannya, untuk tampilan dan posisinya dalam organisasi kemahasiswaan itu bonus bagiku. 

Halo aktifis kampus Andalan. Tulisan ini untuk dirimu, jangan pernah berjuang untuk dikenang, tapi berjuanglah untuk menang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar