Rabu, 20 November 2013

Hati, Pandawa,Senja, Kita

terbang melayang 
ketika awan tampak bagai permadani
terbentang luas entah kemana ujungnya
inikah tingkatan langit kedua yang dibicarakan itu ? atau
ini hanyalah sebagian sudut lapisan langit pertama
sekejap tersadar, Dunia memang luas
Semakin tersadar, tempatmu berpijak kini semakin jauh tak terjangkau
PANTAS SAJA HATIMU SEMAKIN JAUH BERLARI MENINGGALKANKU

terkenang seketika,......
disaat tubuh ini harus kupaksakan kembali melayang menuju tempat yang menjadi saksi bisu Hati kita berdua, atau mungkin bisa kusebut sebagai cinta kita bedua. Pulau Bali, Pantai Pandawa !.

10 November 2008
masih ingatkah dirimu tanggal cantik itu ?, Hari Pahlawan, Hari perjuangan. Namun, sudahkah KITA bejuang, meskipun hanya untuk diri KITA ?
Di tengah hamparan pasir Pandawa ditemani dengan cahaya senja yang terpancar menggoda melalui sela-sela bukit kapur pandawa, disaat kita duduk berdua, sebuah kisah mengalir dikala itu. 
Pembicaraan yang seakan-akan tak berujung, atau sengaja berbelok agar tak menemui titik akhir. Banyak cerita yang mengalir dan terbahasakan. Namun, entah mengapa semuanya memiliki tema dasar dari cerita kita senja itu "hati".

"Tuhan memang begitu luar biasa, Diriku baru tersadar, ajaran agama telah mengajarkan kita untuk mendapatkan surganya memerlukan HATI yang suci". kata pertama yang kau lontarkan senja itu.

"jadi, pada intinya untuk mendapatkan keselamatan, Hati-lah yang harus kita bersihkan terlebih dahulu, apakah telah siap dan tak ada kesalahan yang disebabkan oleh hati apa lagi dalam memilih hati". Pembahasan Hati ini terus berlanjut. Entah hati apa yang kau sedang jelaskan ini, diriku terus saja bepikir dan melogikakan apa yang sedang kau utarakan.

1,2 jam telah berlalu. senja Pandawa kini telah beganti menjadi sinar bulan yang berpose indah. Pembahasan kita masih terus mengalir, ingin rasanya ku memotong penjelasanmu dan berkata "bisakah kau tidak meng-abstrak-kan pembahasan hati ini ? bisakah kita tidak membicarakan permasalahan hati orang lain bahkan manusia pada umumnya ? tak bisakah kita hanya membahas permasalahan hati KITA berdua, bukan orang lain ?".
Tapi sudahlah, kekaguman dan kesenanganku melihatmu terus berbicara dan bercerita ternyata lebih mendominasi dibandingkan rasa ketidak mengertianku tentang pembahasan masalah "hati" yang begitu abstrak.

Demi butiran pasir Pandawa, Demi jutaan bulir air laut Pandawa, tanpa perduli pembahasan hati yang mana yang kau maksudkan, berada di sini bersamamu, mendengarmu bercerita, cukup untuk membuatku merasa mendapatkan Hati yang tak kau siratkan. Seketika dirimu melontarkan satu petanyaan entah untuk apa maksudnya,
" kebahagiaan dirimu atau kebahagiaan orang lainkah yang akan kau utamakan ?"
terhenyak, tanpa banyak berpikir dan perduli dengan respon yang kau terima, diriku seketika menjawab "kebahagiaan orang lain yang akan ku utamakan"  terkesan tak terima ekspresi yang kau tunjukkan. "meskipun Hatimu merasa keberatan dan menolak ?".
Diriku tersenyum "kalau itu untuk orang yang ku sayangi kenapa tidak ?". Dirimu tersenyum sinis.
 "jawaban teoritis, aplikasi yang sangat sulit".

Siapa bilang jawaban teoritis ? tidak kah kau menyadari saat ini, saat bersamamu diriku sedang mempraktekkan sesuatu yang kau sebut hanya sebatas teoritis. Mendengar orang yang kau sayangi bercerita tentang Hati, mungkin bagi setiap orang adalah hal yang indah. Namun, ketika Hati yang diceritakan itu adalah Hati yang lain. Disaat  kau harus berpura-pura asyik mendengarkan cerita agar orang tersebut merasa nyaman dan disaat yang bersamaan kau juga harus menahan rasa sakit dan cemburu setengah mati untuk sesuatu yang kini berada sangat dekat dengan dirimu.

Senja ini, 5 tahun setelah perbincangan hangat kita
Hati itu mungkin telah terbawa bersama ombak Pandawa yang menderu
tapi, bukan hanya dirimu hatimu pun semakin jauh pergi bersama terbenamnya senja Pandawa kala itu.
Seketika ku berpikir, tak bisakah kita berjuang layaknya kesatria Pandawa.
Hanya  2 hati yang akan kita perjuangkan
tidak banyak, tapi begitu sulit.
Dirimu jauh, memang jauh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar