Selasa, 24 September 2013

22.09.2013

kembali malam ini, terulang kembali keadaan seperti ini. Ruangan ini dingin, di tengah hiruk pikuk beberapa orang yang sedang heboh berbincang, ditengah jejeran kursi kosong yang tertata rapi nan- mempesona, di antara beberapa orang yang tengah sibuk entah apa yang dia kerjakan, di sini, di hadapan layar berukuran 10 inci ini, berbekal berbagai ingatan yang sibuk saling menubrukkan diri satu dengan yang lainnya, di antara berbagai keindahan dan kemewahan fasilitas yang kini kakiku berpijak. Yah, tempat ini indah, mewah, menakjubkan. Yah, di sini banyak orang, kami tertawa, bercanda bahkan saling mengejek. Namun, tahukah mereka ada yang berteriak, sangat kencang, bahkan telingaku seakan-akan telah pecah berantakan mendengar teriakan itu. Bukan, bukan dari mereka yang sedang berbincang dan bercanda denganku, tapi dari dalam diri. Yah, hatikulah yang berteriak, bahkan pikiranku juga ikut-ikut menggerutu semakin keras. Mengeluhkan keadaan diri yang sekan sangat munafik dengan realitas yang terjadi.

Mereka, Hati dan Fikiran ini. Mereka memberontak, menuntut konsistensi diri, menuntut mata ini untuk tidak terus menutup. Memaksaku untuk sadar tidak terus bermimpi tidak terlalu banyak berharap, bahkan memaksaku untuk bangun dari mimpi-mimpi panjang yang bahkan terlalu jauh untuk dikejar.

Tak usah kau tahu, mereka hati dan fikiran ini berteriak meneriakkan apa. Cukup aku yang mengerti, ketika kau mengetahuinya bahakan mungkin dirimu seakan-akan tak ingin hidup lagi.

Mungkin ini terlalu puitis, terlalu membingungkan, terlalu ambigu. Namun, hidup ini memang penuh dengan teka-teki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar