Bandar udara internasional Adisutjipto, Yogyakarta. Tempat
yang menjadi saksi untuk pertama kalinya semua terkatakan dan tempat yang
menjadi saksi untuk pertama kalinya semua terkenang dengan begitu menyayat.
Petang hari itu,
pesawat yang membawaku akhirnya mendarat di tempat ini, terpampang tulisan
Bandara Internasional Adisutjipto, Yogyakarta. Tersengal, detak jantungku
seakan berlari. Berat rasanya kuhirup udara jogja yang begitu menusuk, bukan
karena polusi udara, tapi karena begitu dalamnya kenangan yang terjadi di tempat
ini.
November
2012
Ketika suasana bandara
disesaki dengan kesibukan keberangkatan dan kedatangan subuh . disaat nyawa ini
masih melayang-layang karena tidak sempat walau hanya memejamkan mata karena
ketakutan ketinggalan pesawat. Dirimu yang juga sedang menahan kantuk yang mendera,
dengan mata yang redup, ditengah keramaian bandara, suaramu yang berat
terdengar memanggil namaku.
Sedikit melirik, dirimu
menarikku menyingkir sedikit dari keramaian orang-orang yang kelihatannya
begitu terburu-buru.
Akhirnya, kita berdiri
beruda, disalah satu sudut bandara. Dirimu terlihat gugup, sedikit kikuk diriku
menerka-nerka apa yang kira-kira akan kau katakan. Akhirnya, tanpa basa basi,
meskipun sedikit terbata-bata kata itu keluar dari bibirmu yang sangat jarang
menyunggingkan senyum :
“aku
menyayangimu”
Kaget, salah tingkah,
entah apa yang harus kulakukan saat itu, entah apa yang harus ku katakan. Sangat
ingin, saat itu aku beteriak “aku juga
menyayangimu”. Tapi, rasa takutku nyatanya begitu besar. Rasa trauma yang
kualami nyatanya belum terhapuskan. Takut, sangat takut ketika kita bersama,
maka diriku akan kembali kehilangan orang yang kusayangi. Saat itu, diriku
hanya berpikir lebih baik diriku tak pernah sama sekali memilikimu agar diriku
tak akan pernah kehilanganmu. Karena sungguh, membayangkan untuk kehilanganmu
saja diriku tak akan pernah sanggup.
Hanya berselang
beberapa detik. Setelah pernyataanmu terlontar, entah mengapa bibirku secara reflex
mengeluakan pernyataan yang membuat ku kini hanya dapat mengenang bayanganmu
yang berdiri di sudut badara ini.
“ku
harap kau bersabar menungguku”
Entah apa alasanku saat
itu menyuruhmu menunggu. Entah apa yang diriku pinta untuk kau tunggu, mungkin
ke-egoisanku….
kini,
februari 2013
ditempat ini aku kembali,
diriku hanya dapat menatap kosong sudut bandara itu, membayangkan sosokmu
berdiri di hadapanku, membayangkan wajahmu yang begitu serius dengan kantuk
yang tertahankan mengungkapkan sayang kepadaku.
Kini, bahkan dirimu
masih menungguku, menunggu ke-egoisanku, bahkan kau terlalu sabar untuk masih
terus menunggu dan mengenangku, di saat diriku justru baru menyadari kalau
untuk pertama kalinya diriku mengenangmu dan untuk pertama kalinya diriku
menyadari bahwa diriku benar-benar menyayangimu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar