sang pujangga kini terjaga
melewati seperempat malam menunggu pagi
tak dapat mengendalikan pikiran yang semakin liar
kokok ayam yang tersilaukan sinar lampu kota memecah kebisuan
sang pujangga kini merintih
merenungkan nasib yang terpasung benci
jeritan burung hantu bergelora mistis
bagai cinta yang terpaut misteri
sang pujangga kini berontak
menampar hati untuk tetap tenang
seakan Tuhan tak pernah mencipta
berbisik lirih kebohongan kalau semua baik-baik saja
sang pujangga kini terhenti
untuk menuliskan kata lirih penakluk cinta
memilih atau memaksa
menutup mata memimpikan sang pujaan
sang pujangga kini tertidur
dalam diam dalam sepi dalam luka
bertemu pujaan pengobat perih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar