Kamis, 27 Juni 2013

Nyanyian Surga


Malam itu malam ke-26 bulan Ramadhan, detik-detik menjelang perayaan kemenangan seluruh alam, setelah satu bulan lamanya menahan nafsu duniawi. Menyucikan kembali manusia-manusia menjadi insan yang terlahir kembali, layaknya seorang bayi yang baru menghadapi terang dan gemerlapnya  dunia. Malam-malam akhir bulan penuh berkah begitu tenang, orang-orang sedang menikmati detik-detik terakhir bulan yang penuh ampunan, mesjid-mesjid dipenuhi para jemaah yang merasakan nikmatnya beribadah dibulan yang penuh berkah ini. Tak ingin ketinggalan aku pun bergabung dengan para pencari berkah dan syafaat itu, diluar kebiasaan aku yang biasanya hanya shalat isya dan tarawih dimesjid yang berada di kompleks rumah. Namun hari ini ingin rasanya berbuka puasa dan melaksanakan  shalat dimesjid kota yang terkenal mewah dan luarbiasa indahnya. 

Akhirnya ku pantaskan dan ku mantapkan niat untuk sekedar melaksanakan indahnya beribadah di mesjid yang selalu penuh oleh jemaah pada bulan Ramadhan ini,  jangankan bulan Ramadhan hari-hari biasa saja mesjid ini terisi penuh oleh jamaah. Tinggal di kota Metropolitan ini ternyata kadang membuat kita tidak pernah merasakan salah satu keindahan kota, meskipun telah tinggal di kota ini kurang lebih 25 tahun namun jujur saja, ini adalah hari pertamaku mendatangkan diri dan melangkahkan kaki menginjak lantai mesjid ini. Subahallah, kemana saja saya selama ini sampai-sampai melewatka hal yang sangat menyenangkan namun sebenarnya sangat dekat. 

Saat kulangkahkan kaki untuk pertama kalinya di tempat ini, subahanallah perasaan apa yang tiba-tiba tercipta, seakan degub jantungku berlomba, gelisah, senang, takut, bahagia entahlah apa yang akan terjadi, kumatapkan niat untuk beribadah bersujud menghambakan diri di atas tanah-tanah sang pencipta. Kulihat sekeliling, perasaan aneh tiba-tiba menyergap, apa saya yang salah teampat ataukah memangzaman yang telah berubah, lambat laun kusadari tempat khusus wanita 90% adalah wanita-wanita lanjut usia, adapun anak-anak muda di dominasi oleh anak-anak kecil yang girang berlarian diatas permadani tebal nan harum mersjid tersebut, kemana anak muda kota ini. Pikiran negatif segera kusingkirkan, mungkin saja mereka akan segera datang. Kusiapkan diriku menghadap ke Sang Maestro jagad. Rakaat demi rakaat telah terlalui, dari shalat wajid hingga sunna telah terlaksanakan, kuhadapkan kembali ke sekeliling, kembali menjari wajah-wajah muda diantara para jamaah, nihil aku tak melihat. Mungkin saja aku datang dihari yang tidak tepat. 

Rangkaian shalat pun telah usai, sangat tenag, sejuk, seakan ibadah ini mengobati segala kegalauan dan kepenatan hari-hari. Sikir-sikir terdengar berkumandang bersambung dengan sanjungan-sanjungan indah kepada Sang Pemilik dan Kekasihnya, sangat menenangkan hati. Akupun beranjak berdiri dan meniggalkan tempat indah ini, saat kaki terakhir menginjakkan lapangan mesjid ini menuju gerbang, seketika jantung ini berdegub kenjang, telinga ini seketika dingin, tangan dan kaki ini bergetar, Subahanallah suara siapa kah itu, yang sedang melantunkan sikir inidah kepada Sang Pencipta dan Kekasihnya ini suara baru,bukan suara orang yang kudengar sebelumnya di dalam mesjid. Seketika angin malam dingin menyergap, menghentikan langkahku  dan membekukan diri di tempat itu. Kaki ini seakan enggan ingin pulang, suara itu terlalu indah, terlalu merdu, untuk pertamakalinya ada suara yang kudengar sangat indah. Berkali kali kuhapus air yang tiba-tiba menetes di kedua pipi, suara itu  bahkan tak dapat kutuliskan keindahannya. Seketika hati ini berbisik, suara itu bukanlah suara yang dimiliki seseorang yang telah lanjut usia suara itu milik seorang pemuda. Subahanallah siapa pemilik suara itu. Suara yang telah berhasil menggetarkan seluruh tubuh, entah lah apakah perasaan ini hanya aku yang rasakan ataukah semua orang di sini juga merasakan. 

Kupaksakan kaki ini melangkah keluar,diiringi suara indah itu. Siapa pemilik suara itu, bagaimana rupanya. Hati ini tiba-tiba terus bertanya. Namun, malam sudah terlalu larut untuk menunggu dan mencari suara itu, lagi pula dia pasti berada di tempat jamaah Laki-laki yang tak mungkin diri ini berada di sana. Suara syurga seketika hati ini berbisik. Entahlah perasaan ini bahkan terlalu indah untuk dijelaskan. Semoga suara itu lantuna sikir itu masih dapat ku dengarkan, penyejuk qalbu. 

Rabu, 26 Juni 2013

Cinta itu Nyaman


Cinta itu datang dengan tiba-tiba, tapa memperkenalkan diri, tanpa pamit. Cinta selalu pergi dengan tiba-tiba juga, tanpa permisi, tanpa meninggalkan jejak. Sebuah kalimat yang sering diungkapkan para pencinta ketika memulai atau mengakhiri perjalanan cintanya. 

Malam semakin larut,  jarum jam sudah menunjukkan waktu dini hari yang tidak sepantasnya seorang mahasiswa masih berada di dalam ruangan kelas ber-AC, berbekal jacket tebal dan cerita basa-basi dengan sekitar untuk mengusir ngantuk dan dingin yang semakin malam semakin mencekik. Suasana dan keadaan yang memaksa mereka untuk berkumpul di tempat ini, berharap akan ada sedikit bonus pengetahuan baru untuk mempersiapkan sedikit mental melawan kampus-kampus terkemuka yang lebih keren katanya. Mengorbankan sedikit atau bahkan seluruh waktu untuk mendapatkan pengalaman langkah yang tak semua orang diberi kesempatan. Mengikuti lomba bergengsi lebih tepatnya, skala nasional yang terpandang dan menjanjikan masa depan. 
Beberapa jam telah berlalu, memberikan waktu kosong untuk sekedar berkenalan dengan orang-orang baru, yang ternyata selama ini berada di lingkungan yang sama namun tak saling mengenal bahkan tak saling menegur, basa-basi istilahnya. 
Melewati dini hari, ketika hari telah berganti nama. Sesosok orang baru muncul, sedikit berpenampilan berbeda dibandingkan orang-orang yang berada diruangan itu. Yaa, semua orang yang ada di situ ternyata telah mengenalnya, apa yang kulakukan selama ini ? Kemana saja ? Mengapa mereka telah mengenalnya ?siapa dia ?apa urusannya sehingga berada di tempat ini ?. Sekelumit pertanyaan tiba-tiba memenuhi kepala. 
Beberapa jam telah berlalu, kantuk seketika pergi entah kemana, rasa penasaran semakin menghantui. Malu bertanya, malu menanyakan langsung, malu berkenalan, seolah terasingkan. Kini sosok itu mulai berbicara di depan seluruh orang-orang penunggu kampus ini, memberikan permulaan pembelajaran untuk bekal berhadapan dengan kampus-kampus terkemuka.
Kata demi kata,teori demi teori dikemukakan, fokus mata ini tak berkedip namun bukan fokus terhadap kata yang diungkapkan tapi fokus terhadap sosok yang berdiri dihadapan orang-orang ini. Tak ada yang menarik perhatian sebenarnya, hanya saja entah mengapa sepertinya ada yang spesial darinya namun entah apa. Akhirnya saat itu tiba,ketika sosok itu sadar ada orang asing ditengah forum ini, perkenalan pun terjadi sedikit gerogi dan keringat dingin rasa penasaran sedikit terobati. Setidaknya dia bukan sosok asing lagi, meskipun baru sedetik yang lalu perkenalan itu berawal. 

Kini bukan lagi jam yang berganti jam, namun hari telah berganti hari moment-moment spesial pun sering terjadi dan teralami, bagai dunia kini sedang menari dan berdendang indah. Semakin banyak cerita-cerita kehidupan yang terbuka saling berbagi, saling mendengarkan, membuka diri seperti tdk ada hijab lagi melalui kata-kata menarik. Jam demi jam menjadi saksi, telinga ini tidak pernah panas menyimak cerita-cerita indah yang dibagi, penuh kisah. Entah lah, ceritanya yang indah atau yang berceritalah yang sebenarnya indah. Orang yang sudah tak asing ini begitu menarik. Tak pernah kehabisan bahan untuk kembali mengangkat topik cerita baru setiap saatnya. 

Kini bukan lagi jam berganti jam dan bukan lagi hari berganti hari, namun telah bulan berganti bulan, cerita-cerita menarik yang menjadi saksi juga belum berakhir. Selalu ada cerita baru yang didendangkan, entah mengapa hati ini selalu senang, telinga ini selalu bersih, fikiran ini terlalu terpenuhi dengan sosok yang dahulunya asing kini sudah tak asing lagi, bahkan sudah menjadi  orang yang terdekat dalam hidup. 
Ketika itu frase yang mengungkapkan cinta bisa dibuktikan dengan pengorbanan, maka kini mungkin berganti cinta itu dapat dibuktikan dengan seberapa nyaman kamu bercerita dengannnya dan seberapa nyaman dia mendengarkan cerita-cerita hidupmu yang mungkin tidak akan pernah berakhir, karena sebagian cerita hidup yang didengar dan yang diceritakan bukanlah cerita hidup antara AKU dan KAMU melainkan cerita kidup KITA.

Selasa, 25 Juni 2013

Ketika Hidup yang Bercerita

Hari itu terasa mengharu biru, disaat kata berpisah telah berubah menjadi pertemuan indah.
Terpisah jarak beratus-ratus kilo meter, berpisah pulau berbatasan lautan luas, akhirnya kerinduan raga  dan kehauasan akan kehangatan berkumpul kembali ditengah keluarga kecil dan sederhana terwujud sudah. Tuhan sekali lagi membuktikan sebagian kecil bentuk kebahagiaannya, dimana setiap ada perpisahan pastilah ada pertemuan.
Mengadu nasib ditengah keasingan ibu kota sangat menyakitkan, butuh nyawa cadangan untuk berani bertarung. Butuh kaki yang kuat untuk terus berjalan melawan dan bersaing dengan para pengais rejeki lainnya yang juga ingin mencari hidup. Tak seindah pengalaman anak-anak borjuis yang berpisah dari keluarga dan memilih mengaduh nasib di kota besar, setidaknya fasilitas orang tua tetap setia menemati. Tinggal di apartemen mewah, beralas karpet tebal, ditemani dengan dinginnya kamar ber-AC yang mampu melepas seluruh peluh giruk pikuk kebisingan kota, dengan segala fasilitas serba mewah dan instan.
Sungguh sangat berbanding terbalik dengan nasib anak seorang Pegawai Negeri bergaji pas-pasan setiap bulannya untuk makan dan sekolah saudara-saudaranya yang lain, jangankan untuk membiayai hidup anaknya memulai hidup di kota besar, biaya transportasi menuju kotapun memerlukan perjuangan yang cukup keras untuk mendapatkan, sampai-sampai harus mengorbankan sedikit harta benda yang memang hanya sedikit demi perjalanan nasib sang anak.
Bermodalkan keberanian dan tekad yang kuat untuk memperbaiki nasib keluarga. Berbekal nasihat-nasihat dan perjuangan orang tua yang terus terbayang-bayang. Mau tidak mau, suka tidak suka, hanya ada dua pilihan terus berjuang atau mati, hanya itu !!!. 
Memulai dari tinggal menumpang di salah satu rumah kenalan lama hingga sedikit demi sedikit membangaun hidup yang begitu ingin untuk diperjuangan, mengingat banyaknya wajah-wajah penuh harap menunggunya untuk segera pulang dan membawa kabar gembira kesuksesan diri di Negeri antah Berantah.
Hidup terus berjalan bagai roda kemudi angkot yang terus berputar, dari kamar gubuk penuh binatang  dan tempat tidur lusuh hingga kamar berfasilitas pendingin dan penyejuk ruangan menemani perjalanan hidup pejuang nasib. Dari bekerja dengan gaji dibawah standart hingga bekerja dengan gaji di atas rata-rata. Semuanya adalah perjuangan. Dari makan mie instan setiap harinya hingga makan di hotel berbintang 100 bersama para Eksmud berdasi penuh wibawa. Dari naik kopaja hingga naik mobil mewah setara seluruh gaji ayahnya dari awal kerja hingga pensiun sebagai Pegawai Negeri. 
Itulah hidup penuh perjuangan, tragis, namun harus dinikmati. Hingga saatnya tiba, setelah beberapa angka tahun berganti dalam kalender akhirnya ada sedikit waktu yang telah berbaik hati untuk memberikan dirinya bertemu keluarga. Orang-orang yang selama ini selalu berdo'a demi keberhasilan  sang anak. Orang-orang yang selalu memikirkan kekuatan hati sang pengadu nasib bersaing dengan kalangan borjuis mengandalkan kemewahan. Orang-orang yang selalu menggantungkan harapan akan perubahan hidup sebuah keluarga sederhana pensiunan Pegawai Negeri yang mengandalkan kerja keras, kecerdasan , dan kejujuran untuk bersaing melawan kemewahan, materialisme, dan kehidupan kapitalis sang penguasa. 
Sedikit pertemuan dan pengobatan sedikit kerinduan terhadap sang pejuang nasib  ditempat nya dibina dan dibesarkan sebelum betul-betul menantang kehidupan kota. Setidaknya memberikan sedikit energi tambahan untuk terus berjuang dan menanamkan kepercayaan bahwa tidak ada perjuanagan yang sia-sia.
Perjumpaan singkat itu setidaknya cukup mengobati sedikit kerinduan yang telah tumpah dan membentuk samudera rindu. 

Senin, 03 Juni 2013

Malaikat Juga Tahu by Dewi Lestari


Lelahmu jadi lelahku juga
Bahagiamu bahagiaku juga
Berbagi takdir kita selalu
Kecuali tiap kau jatuh hati


Kali ini hampir habis dayaku
Membuktikan padamu ada cinta yang nyata
Setia hadir setiap hari
Tak tega biarkan kau sendiri


Meski seringkali kau malah asyik sendiri
Karena kau tak lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya


Hampamu tak kan hilang semalam
Oleh pacar impian
Tetapi kesempatan untukku yang mungkin tak sempurna
Tapi siap untuk diuji
Kupercaya diri
Cintaku yang sejati


Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu siapa yang jadi juaranya


Kau selalu meminta terus kutemani
Engkau selalu bercanda andai wajahku diganti
Relakan ku pergi
Karna tak sanggup sendiri


Namun tak kau lihat terkadang malaikat
Tak bersayap tak cemerlang tak rupawan
Namun kasih ini silakan kau adu
Malaikat juga tahu Aku kan jadi juaranya

Sabtu, 01 Juni 2013

HUKUM DAN KEADILAN

Menurut BAHARUDDIN LOPA,  untuk tegaknya HUKUM dan KEADILAN di masyarakat ada tiga persyaratan yang harus dipenuhi, yaiu :

1)  Adanya peraturan hukum yang sesuai dengan aspirasi masyarakat ;

2). Adanya aparat penegak hukum yang profesional dan bermental jujur atau memiliki integritas moral terpuji ;

3). Adanya kesadaran hukum masyarakat yang memungkinkan dilaksanakannya penegakan hukum.


👲👳👮👷💂👶👦👧👨👩👴👵👱👸