tua renta
pengemis nasib
mata sayup
kulit keriput
tak
tersisa daging
hanya
kulit menutupi tulang
hidup
dibawah kolong langit
beratapkan
jerami tua beralas tanah
penuh sampah
tak terurus
begitu
hina bagi sang ternama
layaknya
suatu kutukan turun temurun
betapa
sial hidup ini
pasrah
oleh nasib
hanya
dapat menerima, air mata mengalir
inikah
keadilan itu ?
adilkah
ini ?
di belahan
dunia lain
seorang
ternama berdendang riang
berwajah
cerah serba kecukupan
menikmati
kepuasan dunia tiada banding
inikah
keadilan itu ?
dua jurang
pemisah begitu nampak
hanya
menerima nasib, seakan hidup adalah kutukan
kutukan
kaya atau miskin
meskipun
hidup adalah pilihan
nyatanya
inilah sebenarnya, keadilan sebuah ADIL
meskipun
tidak menempatkan pada tempatnya
hidupnya,
hidup dia , berbeda dengan hidupku
meski kami
satu atap
klong
langit yang sama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar