Minggu, 27 Juli 2014

Ruang Rindu



Kamu lihat bintang malam ini ?
Cantik yah…
Bersinar terang, seterang rinduku kepadamu
Tenang saja, ini bukan gombalan. Mungkin kata-katanya terlalu puitis ataupun terkesan norak, tapi sungguh itu ungkapan dari hati.

Sudah beberapa hari, tugas kampus memaksaku untuk sekejap menghilang dari kehidupan kota yang penat dan membawaku ke alam pedesaan yang sejuk dan terbebas dari polusi. Tapi, itu artinya diriku juga harus sejenak berada di ruang yang sedikit jauh darimu. Yah “RUANG” kataku bukan “JARAK”. Karena kita sudah tak berjarak lagi. Tidak ku pungkiri, ruang yang sedikit merenggang ini membuatkan seakan kekurangan oksigen. Membuatkun mabuk dengan rindu kepadamu yang menjadi-jadi. Ingin rasanya kuberhentikan waktu atau sekedar meminjam pintu ajaib doraemon untuk sesegeramungkin ketempatmu dan melihat wajahmu walau hanya sekilas. 

Malam itu, ketika bintang sedang cantik-cantiknya, ketika deadline tugas kampus ini semakin menjadi-jadi jangankan untuk mengingat istirahat, tanggal pada hari itupun telah terlupakan olehku. Diriku seakan tenggelam kepada ruang rindu dan deadline tugas yang semakin mencekik.
Seperti biasanya, ketika malam telah larut. Hanya disaat itu pula kita dapat sedikit bercerita melepas rindu melalui suara. Meskipun sinyal HP sebenarnya sangat tidak mendukung, setidaknya suara helaan napasmu masih dapat terdengarkan. Tidak ada kecurigaan sedikitpun kepadamu, dinginnya malam selalu menemaniku mendengarkan suaramu yang selalu terindukan.

“aku rindu padamu” ungkapan itu terlontar seketika dari bibirku
“sabar saja, kita akan bertemu” jawabmu santai
“hmmmmm…” hembusan napas sedikit sebal ku hembuskan, seketika diriku berpikir bahwa kau terlalu gengsi untuk mengungkapkan rindu. 

Beberapa menit kemudian, dirimu yang biasanya menemaniku bercerita hingga aku terlelap tidur kini mengakhiri pembicaraan kita yang selalu ku nantikan.
Diriku hanya terbengong-bengong, entah apa yang dapat kuperbuat dipelosok desa seperti ini ketika rindu telah sangat menusuk. Ditengah kegelisahaanku, berharap akan ada kabar lagi darimu, ketika waktu telah menunjukkan pergantian hari. Terdengar ada yang memanggil namaku dari luar kamar. Namun, karena perasaanku sedang tidak menentu, kuputuskan mengabaikan panggilan itu dan tetap berada di kamar.

Namun tiba-tiba, sosok dirimu muncul dari balik pintu, membawa sebuah kue ulang tahun dengan lilin cantik yang bersinar terang diatasnya. Entah bagaimana ekspresiku kala itu, aku bahkan serasa sedang bermimpi, orang yang selama beberapa hari ini terus terindukan, orang yang semenit yang lalu membuatkan gelisah karena ingin lebih lama dengannya walau hanya mendengar suaranya. Kini, bukan hanya suaranya, bahkan sosoknyapun telah dapat kulihat utuh. Berdiri tampan dihadapanku. 

Entahlah, diriku seakan lupa ingatan bahwa malam ini 18 Juli. Hari dimana aku dilahirkan dan kamu orang yang terindukan datang dengan menempuh jarak ratusan kilometer dengan menempuh kurang lebih 4 jam perjalanan dan dengan wajah yang telah dapat kutebak dirimu tidak tidur selama dua hari dua malam karena memikirkan rencana ini. Dirimu memang luar biasa, selalu saja memberiku kejutan-kejutan istimewa yang membuatku ingin mati saking bahagianya. Dirimu memang gila, selalu saja memiliki ide-ide spontan yang membuatku menjadi perempuan paling beruntung karena telah memilikimu. 

18 juli, tak ada lagi permintaan yang kupinta dari Tuhan. Hidupku telah sempurna dengan memilikimu semakin menyempurnakan hidupku.

18 Juli
Tuhan telah memberikanku hadiah paling berharga
Memiliki dirimu, memiliki hatimu, memiliki hidupmu di hidupku