Kamis, 20 Februari 2014

CINTA ITU EGOIS.SAYANG ITU PENUH PENGERTIAN



Angin  senja semakin menampakkan senyum
Langit jingga mulai semakin elok memamerkan kecantikan
Menyambut suasana hati yang sedang gundah gulana
Saling berlawanan dengan hati yang sedang kelabu

Mungkin terlalu puitis, atau istilah anak-anak sekarang petikan bait di atas terlalu GALAU. Tapi, apa daya ? mengapa harus takut dikatakan GALAU kalau itulah tampakan suasana hati yang dapat terungkapkan. Mungkin juga justru dirimu yang akan menertawakan suasana hatiku dari petikan bait diatas. Tapi tenang saja, diriku tak akan marah kalau kau tertawakan, setidaknya itu menandakan kalau dirimu masih mengingat kalau diriku masih ADA di sini, terus mengingatmu dengan predikat GALAU. Paling tidak nama ku masih kau kenal dalam hidupmu, meskipun mungkin entah kapan, suatu saat nanti dapat saja kau lupakan atau bahkan mungkin sudah tak pernah merasa mengenal diriku lagi.
Cuaca mendung siang itu, ketika jalan protokol kota kita telusuri berdua. Bercerita segala hal, membahas berbagai hal, menertawakan semua hal. Entah mengapa waktu tak pernah terasa ketika bersamamu, terlalu menarik, bahkan ingin rasanya ku menarik jarum jam mundur agar tak pernah ada kata senja dan malam yang menandakan kalau waktu kita untuk bersama harus berakhir. Semuanya tampak istimewa bagiku, biarpun mungkin bagimu hanyalah hari yang biasa, tapi aku bahkan sama sekali tidak perduli. Mungkin inilah yang dikatakan bahwa cinta itu egois, tapi yang harus kau ingat sayang itu penuh pengertian.
Ya, CINTA ITU EGOIS, SAYANG ITU PENUH PENGERTIAN

se-egois diriku yang selalu menuntut hanya akulah yang kau cintai
 
Sepengertian diriku ketika dirimu tiba-tiba menghilang entah kemana, disaat diriku sangat membutuhkan seseorang yang dapat mengajariku kalau hidup ini benar-benar penuh perjuangan. Sepengertian diriku ketika dirimu tiba-tiba ingin bercerita meskipun diriku sangat lelah dengan aktifitas kampus yang hampir membunuh. Sepengertian diriku saat kabarmu tak kunjung datang karena kesibukanmu yang tak cukup 24 jam dalam sehari. 

se-egois dirimu yang hanya mengungkapkan cinta secara tersirat
 
Sepengertian dirimu saat aku tiba-tiba tak ingin diganggu dengan berbagai alasan yang bahkan dirikupun bingung. Sepengertian dirimu saat aku harus membatalkan janji-janji kita diakhir minggu meskipun diriku tahu kalau hanya waktu itu yang kamu punya. Sepengertian dirimu saat diriku terus saja menghindar dari pandanganmu. Sepengertian dirimu saat aku tiba-tiba menghilang tanpa memberimu keterangan. Sepengertian dirimu saat diriku selalu saja melanggar janji kita.
Hari itu, hari dimana rasanya rindu terlampiaskan dan bahkan telah tumpah membanjiri. Mungkin telah terlalu lama kita tak bercerita banyak, sampai-sampai terlalu sayang rasanya kalau hari itu kita habiskan dengan hanya membahas masa lalu. Tapi, hari itu hari dimana lembaran baru kembali terbuka, namun dengan waktu yang bersamaan diriku menjadi takut kalau sudah tak tersisa lagi lembaran lain untuk menuliskan kisah kita. Saat kulangkahkan kaki untuk mengakhiri hari itu, saat itu pula raguku mulai merasakan, masihkah kita dapat melalui hari dengan bersama. Seketika itu pula beribu do’a terpanjatkan.
Semoga cinta tidak pernah bosan untuk menunggu
Semoga sayang tidak penah bosan untuk mengerti
Semoga langit tidak pernah bosan mendengarkan do’a
Semoga waktu masih menyisakan lembaran-lembaran baru untuk menuliskan kisah KITA.