Angin
senja semakin menampakkan senyum
Langit
jingga mulai semakin elok memamerkan kecantikan
Menyambut
suasana hati yang sedang gundah gulana
Saling
berlawanan dengan hati yang sedang kelabu
Mungkin
terlalu puitis, atau istilah anak-anak sekarang petikan bait di atas terlalu GALAU.
Tapi, apa daya ? mengapa harus takut dikatakan GALAU kalau itulah tampakan
suasana hati yang dapat terungkapkan. Mungkin juga justru dirimu yang akan
menertawakan suasana hatiku dari petikan bait diatas. Tapi tenang saja, diriku
tak akan marah kalau kau tertawakan, setidaknya itu menandakan kalau dirimu
masih mengingat kalau diriku masih ADA di sini, terus mengingatmu dengan
predikat GALAU. Paling tidak nama ku masih kau kenal dalam hidupmu, meskipun
mungkin entah kapan, suatu saat nanti dapat saja kau lupakan atau bahkan
mungkin sudah tak pernah merasa mengenal diriku lagi.
Cuaca
mendung siang itu, ketika jalan protokol kota kita telusuri berdua. Bercerita segala
hal, membahas berbagai hal, menertawakan semua hal. Entah mengapa waktu tak
pernah terasa ketika bersamamu, terlalu menarik, bahkan ingin rasanya ku
menarik jarum jam mundur agar tak pernah ada kata senja dan malam yang
menandakan kalau waktu kita untuk bersama harus berakhir. Semuanya tampak
istimewa bagiku, biarpun mungkin bagimu hanyalah hari yang biasa, tapi aku
bahkan sama sekali tidak perduli. Mungkin inilah yang dikatakan bahwa cinta itu
egois, tapi yang harus kau ingat sayang itu penuh pengertian.
Ya,
CINTA ITU EGOIS, SAYANG ITU PENUH PENGERTIAN
se-egois diriku yang selalu menuntut hanya akulah yang kau cintai
se-egois diriku yang selalu menuntut hanya akulah yang kau cintai
Sepengertian
diriku ketika dirimu tiba-tiba menghilang entah kemana, disaat diriku sangat
membutuhkan seseorang yang dapat mengajariku kalau hidup ini benar-benar penuh
perjuangan. Sepengertian diriku ketika dirimu tiba-tiba ingin bercerita
meskipun diriku sangat lelah dengan aktifitas kampus yang hampir membunuh. Sepengertian
diriku saat kabarmu tak kunjung datang karena kesibukanmu yang tak cukup 24 jam
dalam sehari.
se-egois dirimu yang hanya mengungkapkan cinta secara tersirat
se-egois dirimu yang hanya mengungkapkan cinta secara tersirat
Sepengertian
dirimu saat aku tiba-tiba tak ingin diganggu dengan berbagai alasan yang bahkan
dirikupun bingung. Sepengertian dirimu saat aku harus membatalkan janji-janji
kita diakhir minggu meskipun diriku tahu kalau hanya waktu itu yang kamu punya.
Sepengertian dirimu saat diriku terus saja menghindar dari pandanganmu. Sepengertian
dirimu saat aku tiba-tiba menghilang tanpa memberimu keterangan. Sepengertian dirimu
saat diriku selalu saja melanggar janji kita.
Hari
itu, hari dimana rasanya rindu terlampiaskan dan bahkan telah tumpah
membanjiri. Mungkin telah terlalu lama kita tak bercerita banyak, sampai-sampai
terlalu sayang rasanya kalau hari itu kita habiskan dengan hanya membahas masa
lalu. Tapi, hari itu hari dimana lembaran baru kembali terbuka, namun dengan
waktu yang bersamaan diriku menjadi takut kalau sudah tak tersisa lagi lembaran
lain untuk menuliskan kisah kita. Saat kulangkahkan kaki untuk mengakhiri hari
itu, saat itu pula raguku mulai merasakan, masihkah kita dapat melalui hari
dengan bersama. Seketika itu pula beribu do’a terpanjatkan.
Semoga
cinta tidak pernah bosan untuk menunggu
Semoga
sayang tidak penah bosan untuk mengerti
Semoga
langit tidak pernah bosan mendengarkan do’a
Semoga
waktu masih menyisakan lembaran-lembaran baru untuk menuliskan kisah KITA.