Kamis, 20 September 2012

Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) Cinta Lingkungan Sejak DIni


Pendidikan Lingkungan Hidup di Indonesia
Di Indonesia perkembangan penyelenggaraan pendidikan lingkungan dimulai pada tahun 1975 di mana Institut Keguruan llmu Pendidikan (IKIP) Jakarta untuk pertama kalinya merintis pengembangan pendidikan lingkungan dengan menyusun Garis-garis Besar Program Pengajaran Pendidikan Lingkungan Hidup yang diujicobakan di 15 Sekolah Dasar Jakarta pada periode tahun 1977/1978[1].
Pada tahun 1979 dibentuk dan berkembang Pusat Studi Lingkungan (PSL) di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta. Bersama dengan itu, mulai dikembangkan pendidikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) oleh semua PSL di bawah koordinasi Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Meneg PPLH). Sampai tahun 2002, jumlah PSL yang menjadi anggota Badan Koordinasi Pusat Studi Lingkungan (BKPSL) telah berkembang menjadi 87 PSL dan di samping itu berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta mulai mengembangkan dan membentuk program khusus pendidikan lingkungan, misalnya di Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor[2].
Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah (menengah umum dan kejuruan), penyampaian mata ajar tentang masalah kependudukan dan lingkungan hidup secara integratif dituangkan dalarn sistem kurikulum tahun 1984 dengan memasukkan masalah-masalah kependudukan dan lingkungan. hidup ke dalam hampir semua mata pelajaran. Sejak tahun 1989/1990 hingga saat ini berbagai pelatihan tentang lingkungan hiduptelah diperkenalkan oleh Departemen Pendidikan Nasional bagi guru-guru SD,SMP dan SMA termasuk Sekolah Kejuruan.
Prakarsa pengembangan pendidikan lingkungan juga dilakukan oleh berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)[3]. Pada tahun 1996/1997 terbentuk Jaringan Pendidikan Lingkungan (JPL) yang beranggotakan LSM-LSM yang berminat dan menaruh perhatian terhadap pendidikan lingkungan. Hingga tahun 2001 tercatat 76 anggota JPL yang bergerak dalarn pengembangan dan pelaksanaan pendidikan lingkungan[4].
Teknik Implementasi Dalam Pendidikan Lingkungan Hidup
Pendidikan lingkungan hidup (PLH) dapat diterapkan ke dalam pendidikan formal dengan menyisipkan materi pendidikan lingkungan hidup (PLH) ke dalam materi-materi pelajaran yang telah ada mulai dari konsep pemeliharaan lingkungan hingga cara-cara yang dapat dilakukan. Proses belajar mengajar tidak lagi menggunakan metode ceramah, tetapi lebih apresiatif dan aplikatif serta peduli dengan persoalan-persoalan lingkungan hidup. Dalam hal ini, perlu kerjasama dan kesepakatan antara Departemen Pendidikan Nasional dengan kantor Mentri Negara Lingkungan hidup. Kesepakatan bersama didasari kesadaran pentingnya menumbuhkan kesadaran lingkungan dan konsep pembangunan berkelanjutan sejak usia sekolah.
Beberapa langkah yang perlu ditempuh Depdiknas agar program ini dapat berjalan, di antaranya[5]
1.menetapkan kebijakan, pedoman dan program PLH
2.mengembangkan materi pendidikan dan pelatihan
3.meningkatkan kompetensi murid dan guru, serta menyusun materi ajar dan metode pembelajarannya.
Sementara dari pihak Kantor Menneg-LH di antaranya akan menetapkan dan mengembangkan materi PLH, kerja sama dalam pelaksanaannya, menyiapkan substansi bahan ajar, serta melatih para guru dan tenaga kependidikan mengenai lingkungan.

Kelebihan Gagasan
Dengan adanya pendidikan lingkungan hidup, adapun keuntungannya adalah:
1. Dapat memberikan informasi-informasi kepada siswa-siswa tentang pentingnya menjaga lingkungan hidup
2. Dapat memberikan kesadaran kepada siswa-siswa akan pentingnya lingkungan hidup.
3 Dapat mengetahui seberapa besar rasa  sensitifitas siswa-siswa terhadap kondisi lingkungan sekitarnya
4. Memberikan kesempatan bagi setiap orang untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, sikap/perilaku, motivasi dan komitmen, yang diperlukan untuk bekerja secara individu


[1] http://plhuhamka.blogspot.com/2008/03/pengantar-plh.html . Diakses pada jum’at, 21 September 2012.
[2] Ibid.
[3] Ibid.
[4] Ibid.
[5] rizco.wordpress.com/2010/04/15/pendidikan-lingkungan-hidup-plh-kepada-siswa-sekolah-sebagai-salah-satu-alternatif-dalam-upaya-mengatasi-masalah-lingkungan/. Diakses pada Jum’at Tanggal 21 September 2012.

Kamis, 06 September 2012

sekali lagi

sekali lagi
jantung ini berdegub penuh makna
tubuh ini bergetar penuh tanya
kulit ini dingin penuh arti

sekali lagi
fikiran ini melayang entah kemana
harapan ini melambung entah apa
jiwa ini berharap entah bagaimana

sekali lagi
hati ini menentukan pilihan
hati ini menentukan sosok
hati ini menentukan jalan

sekali lagi
tidur dengan mimpi indah
berkhayal dengan mimpi anggun
merenung dengan mimpi bahagia
 
sekali lagi
terbuai dengan kelembutan cinta
terbang dengan keluasan cinta
melayang dengan gandengan cinta
 
sekali lagi
yaa sekali lagi untuk sekali
yaa hanya sekali dan tinggal sekali
KAU